Penyakit kardiovaskular pada perempuan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cardiovascular disease

Penyakit kardiovaskular (PKV) merupakan kondisi yang melibatkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer, penyakit jantung bawaan, stroke, dan penyakit pembuluh darah. Dalam bidang kedokteran, sistem kardiovaskular merujuk pada sistem tubuh yang bertugas mengedarkan darah ke seluruh jaringan dan organ dalam tubuh. Komponen utama sistem ini meliputi jantung sebagai pusat pompa, arteri yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh, dan vena yang mengembalikan darah ke jantung. Kardiovaskular memainkan peran yang vital dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup individu dengan memastikan suplai darah yang adekuat ke seluruh tubuh. PKV adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia, baik pada pria maupun wanita. Namun, ada perbedaan signifikan dalam presentasi, faktor risiko, dan prognosis PKV antara perempuan dan laki-laki.[1]

Penyakit ini berkaitan dengan gaya hidup modern, yang tidak hanya mempengaruhi negara-negara maju tetapi juga negara yang sedang mengalami proses modernisasi. Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2002, Penyakit Tidak Menular (NCDs) menyumbang sekitar 60 persen dari total kematian dan 47 persen dari beban penyakit di seluruh dunia, dengan prediksi bahwa pada tahun 2020, kematian akibat NCDs akan mencapai 73 persen dan menjadi 60 persen dari beban penyakit global. Penyakit tidak menular utama yang mendominasi adalah penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, kanker, dan penyakit paru-paru.

Meskipun sebelumnya penyakit jantung dianggap sebagai masalah kesehatan yang lebih umum pada pria, data saat ini menunjukkan adanya pergeseran dalam insiden penyakit jantung antara laki-laki dan perempuan. Angka insiden penyakit jantung dan stroke belakangan ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, dengan kecenderungan peningkatan insiden pada perempuan. Selain itu, kematian akibat stroke lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dan perempuan memiliki tingkat harapan hidup yang lebih rendah serta kemungkinan lebih besar untuk mengalami serangan ulang.[2]

Gejala[sunting | sunting sumber]

Penyakit kardiovaskular pada perempuan seringkali memiliki gejala yang berbeda dengan laki-laki. Perempuan cenderung memiliki gejala yang kurang khas atau tidak spesifik, seperti nyeri dada yang tidak terlalu parah, sesak napas, nyeri leher, punggung, atau perut. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam diagnosis dini. Selain itu, perempuan lebih cenderung mengalami gejala non-tipikal, seperti kelelahan yang berlebihan, mual, muntah, atau pusing.

Faktor Risiko[sunting | sunting sumber]

Terdapat kesalahan persepsi yang masih berlangsung di kalangan perempuan, di mana penyakit kardiovaskular sering dianggap sebagai masalah yang lebih dominan pada laki-laki usia pertengahan. Namun, dalam kenyataannya, penyakit kardiovaskular memiliki dampak yang sama antara laki-laki dan perempuan. Banyak yang masih meyakini bahwa risiko kanker lebih tinggi daripada risiko penyakit kardiovaskular.

Faktor risiko utama untuk serangan penyakit jantung koroner pada perempuan meliputi konsumsi rokok, hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat. Data dari penelitian menunjukkan bahwa rokok, hipertensi, dan kolesterol tinggi secara signifikan berkontribusi terhadap dua per tiga dari serangan jantung dan stroke. Saat ini, diduga bahwa konsumsi rokok, konsumsi alkohol, obesitas, hipertensi, diabetes, dan faktor sosial ekonomi berkontribusi pada setengah dari variasi serangan stroke pada laki-laki dan dua per tiga pada perempuan. Hormon seks, seperti estrogen, juga dapat mempengaruhi risiko PKV pada perempuan, terutama setelah menopause ketika kadar estrogen menurun.[3]

Diagnosis dan Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Karena presentasi yang berbeda, diagnosis PKV pada perempuan dapat menjadi lebih rumit. Dokter harus meningkatkan kesadaran untuk mengenali gejala yang tidak khas pada perempuan dan melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam. Pemeriksaan diagnostik, seperti elektrokardiogram (EKG), tes darah, dan tes pencitraan jantung, mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

Pengobatan PKV pada perempuan sering kali memperhatikan faktor-faktor khusus yang memengaruhi perempuan, seperti penggunaan terapi hormonal dan risiko efek samping pada perempuan yang hamil atau merencanakan kehamilan. Pengobatan juga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan umum dan faktor risiko khusus pada perempuan.[3]

Penyakit kardiovaskular pada perempuan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari penyakit pada laki-laki. Perbedaan ini termasuk dalam presentasi gejala, faktor risiko, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan. Penting bagi perempuan dan penyedia layanan kesehatan untuk memahami perbedaan ini agar dapat mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola PKV dengan lebih efektif.

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Pencegahan PKV pada perempuan melibatkan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, mengelola stres, dan menghindari merokok. Pengawasan terhadap faktor risiko, seperti tekanan darah dan kadar kolesterol, juga penting untuk mencegah terjadinya PKV.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Dewasa". ayosehat.kemkes.go.id. Diakses tanggal 2024-05-04. 
  2. ^ Rosjidi, Cholik Harun dan Laily Isroín (2014). "PEREMPUAN LEBIH RENTAN TERSERANG PENYAKIT KARDIOVASKULAR" (PDF). Jurnal Florence. VII. 
  3. ^ a b Media, Kompas Cyber (2020-01-22). "Kenali Gejala Serangan Jantung Pada Perempuan hingga Pencegahannya Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-04.